Minggu, 06 April 2014

Budidaya Tanaman Kacang Buncis di Dataran Rendah



" BUDIDAYA TANAMAN KACANG BUNCIS "

2.1. Deskripsi
Tanaman buncis termasuk famili Leguminoceae dan merupakan tanaman semusim berbentuk perdu. Tanaman buncis memiliki beberapa sifat botani penting, di antaranya sebagai berikut :
·           Susunan daunnya merupakan daun majemuk dengan tiga helai daun berbentuk segitiga pada tiap tangkai daunnya.
·           Tandan bunga duduk di ketiak daun. Bunganya merupakan bunga sempurna, sehingga bersifat menyerbuk sendiri.
·           Warna dan ukuran polong bervariasi. Umumnya, polong berwarna hijau dan lurus memanjang.
·           Warna dan bentuk biji juga bervariasi yakni putih, kuning, merah, nila, coklat, dan hitam.
Tipe tanaman buncis di bedakan atas dua tipe pertumbuhan, yakni tipe merambat dan tipe tegak.
a.      Tipe Merambat
Buncis tipe ini memiliki sistem pertumbuhan merambat, sehingga memerlukan tiang untuk merambat. Produksinya berupa polong yang umumnya di petik pada saat masih muda. Masyarakat umum menyebutnya kacang buncis .
b.      Tipe Tegak
Buncis tipe ini memiliki sitem pertumbuhan yang tegak, tidak merambat. Tingginya sekitar 30 cm – 40 cm. Dikenal sebagai kacang jogo, dikonsumsi dalam bentuk biji, bukan polongnya.

Sistem perakaran berbagai jenis buncis tidak besar  percabangan lateralnya dangkal. Akar tunggang yang terlihat jelas biasanya pendek, tetapi pada tanah remah yang dalam, akar dapat tumbuh hingga sekitar 1 meter. Terdapatjuga bakteri Rhizobium, bintil berkembang pada akar lateral. Bunga berukuran besar dan mudah terlihat, berwarna ungu. Bunga ini sempurna, memiliki 10 benang sari, bunga menyerbuk sendiri.

2.2.  TaksonomiTanaman
Kingdom               : Plantae
Subkingdom         : Tracheobionta
Superdivisio         : Spermatophyta
Divisio                  : Magnoliophyta
Kelas                    : Magnoliopsida
Sub-kelas             : Rosidae
Ordo                     : Fabales
Familia                 : Leguminoceae
Genus                  : Phaseolus
Spesies                : Phaseolus vulgaris  L

2.3.  Syarat Tumbuh Buncis
2.3.1. Tanah 
Tanaman buncis dapat tumbuh dengan baik pada dataran tinggi, yaitu sekitar 1.000 - 1.500 meter dari permukaan laut (dpl.). Hasil uji coba yang dilakukan di PPPG Pertanian Cianjur dengan ketinggian tempat  berkisar antara 300 m – 500 m dpl., tanaman buncis dapat tumbuh dengan baik dan berproduksi tinggi sehingga tanaman buncis dapat juga tumbuh baik di dataran rendah. Akan tetapi, tanaman buncis memerlukan perawatan khusus walaupun tidak sulit (SW.Suwarman Iwan, et al, 1995). Jenis tanah yang cocok adalah andosol dan regosol karena mempunyai drainase yang baik. Tanah andosol mempunyai ciri berwarna hitam, kandungan bahan organiknya tinggi, bertekstur lempung sampai debu, remah, gembur, dan permeabilitasnya sedang. Tanah regosol biasanya berwarna kelabu, cokelat, dan kuning, bertekstur pasir sampai berbutir tunggal dan permeabel. Derajat keasaman (pH) yang dikehendaki untuk pertumbuhan tanaman buncis adalah 5,5 – 6,0.





2.3.2.    Iklim
a.    Curah hujan
Tanaman buncis dapat tumbuh dengan baik pada daerah dengan curah hujan 1.500 - 2.500 mm/th. Tanaman ini paling baik ditanam pada akhir musim kemarau (menjelang musim hujan) atau akhir musim hujan (menjelang musim kemarau). Pada saat peralihan, air hujan tidak begitu banyak sehingga sangat cocok untuk fase pertumbuhan awal tanaman buncis, fase pengisian, dan pemasakan polong. Pada fase tersebut dikhawatirkan terjadi serangan penyakit bercak apabila curah hujan terlalu tinggi (Fachruddin Lisdiana, et al,2000).
b.    Suhu
Suhu udara yang paling baik untuk pertumbuhan buncis adalah 20°C - 25°C. Pada suhu kurang dari 20 °C tanaman tidak dapat melakukan proses fotosintesis dengan baik, akibatnya pertumbuhan tanaman menjadi terhambat dan jumlah polong yang dihasilkan akan sedikit. Sebaliknya, pada suhu udara yang lebih tinggi dari 25 °C banyak polong yang hampa. Hal ini terjadi karena proses pernapasan (respirasi) lebih besar dari pada proses fotosintesis pada suhu tinggi.
c.    Cahaya
Cahaya matahari diperlukan oleh tanaman untuk proses fotosintesis. Umumnya tanaman buncis membutuhkan cahaya matahari yang besar atau sekitar 400 - 800 footcandles. Oleh karena itu, tanaman buncis termasuk tanaman yang tidak membutuhkan naungan.
d.    Kelembaban Udara
Kelembaban udara yang diperlukan tanaman buncis sekitar 50% - 60 % (sedang). Kelembaban ini agak sulit diukur, tetapi dapat diperkirakan dari lebat dan rimbunnya tanaman. Kelembaban yang terlalu tinggi dapat mempengaruhi terhadap tingginya serangan hama dan penyakit. Beberapa jenis aphis (kutu) dapat berkembang biak dengan cepat pada kelembaban 70% - 80 %.

2.4.  Budidaya Tanaman Buncis
Budidaya tanaman buncis meliputi persiapan benih, pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan, dan panen.
2.4.1. Persiapan Benih
Benih yang digunakan untuk penanaman buncis harus benih yang baik, yaitu berasal dari tanaman induk yang baik pula. Benih yang baik memenuhi persyaratan tertentu, antara lain mempunyai daya tumbuh minimal 80 %, bentuknya utuh, bernas, warna mengkilat, tidak bernoda coklat terutama pada mata bijinya, bebas dari hama dan penyakit, seragam, tidak tercampur dengan varietas lain, dan bersih dari kotoran dengan kelembapan relatif 50% - 60%. Kandungan air benih juga sangat menentukan terhadap daya simpan benih. Kandungan air yang baik untuk benih sekitar 14 %.
2.4.2. Pengolahan Lahan
Pengolahan lahan adalah semua pekerjaan yang ditujukan pada tanah untuk menciptakan media tanam yang ideal, sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Pembersihan rumput-rumputan, penggemburan tanah, dan pembuatan parit -parit drainase adalah termasuk pengolahan tanah.
Kegiatan pengolahan tanah dilakukan dengan cara membajak atau mencangkul tanah sedalam 20 cm - 30 cm. Pada tanah-tanah berat pencangkulan dilakukan sebanyak dua kali dengan jangka waktu 2 - 3 minggu, sedangkan untuk tanah-tanah ringan pencangkulan cukup dilakukan satu kali saja. Untuk memudahkan kegiatan pemeliharaan perlu dibuat bedengan-bedengan dengan ukuran panjang 5 m, lebar 1 m, dan tinggi 20 cm. Jarak antar bedengan 40 - 50 cm. Pada areal yang tidak begitu luas, misalnya lahan pekarangan, tidak perlu dibuat bedengan tetapi cukup berupa guludan selebar 20 cm, panjang 5 m, tinggi 10 cm - 15 cm, dan jarak antar guludan 70 cm.
Dalam meningkatkan kesuburan tanah dapat dilakukan pemupukan dengan pemberian pupuk kandang atau kompos sebanyak 15 - 20 kg/10 m2. Pemberian pupuk kandang dimaksudkan untuk memperbaiki struktur tanah agar lebih gembur, aerasinya baik, dan drainase optimal. Pupuk anorganik sebagai pupuk dasar dapat diberikan berupa Urea, TSP, dan KCL masing-masing sebanyak 200 kg, 600 kg, dan 120 kg untuk tiap hektar atau masing-masing 2 gram, 6 gram, dan 1,2 gram pertanaman. Cara menempatkan pupuk kandang maupun pupuk anorganik adalah dengan menaburkan di sepanjang larikan.
2.4.3. Penanaman
Buncis ditanam dengan pola pagar atau barisan karena penanamannya dilakukan pada bedengan atau guludan. Pada pola ini, jarak antar tanaman lebih sempit dibandingkan antar barisan. Padapola ini akan lebih memudahkan dalam proses pekerjaan selanjutnya, seperti pengairan, pemupukan, pembumbunan, dan panen. Jarak tanam yang digunakan adalah 20 x 50 cm, baik untuk tanah datar maupun tanah miring. Apabila kesuburan tanahnya tinggi, maka sebaiknya menggunakan jarak tanam yang lebih sempit, yaitu 20 x 40 cm. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari timbuhnya gulma yang tinggi.
Penentuan jarak tanam ini harus benar-benar diperhatikan karena berhubungan dengan tersedianya air, hara, dan cahaya matahari. Setelah jarak tanam ditentukan, maka pekerjaan selanjutnya adalah membuat lubang tanam dengan cara ditugal. Agar lubang tanam yang dibuat dapat lurus, sebelumnya dapat diberi tanda dengan ajir, bambu, atau tali. Tempat yang diberi tanda tersebut kemudian ditugal, dengan kedalaman tugal 4 - 6 cm untuk tanah-tanah yang remah dan gembur, dan kedalaman 2 - 4 cm untuk jenis tanah liat. Hal ini disebabkan karena kandungan air pada tanah liat lebih tinggi sehingga dikhawatirkan benih membusuk sebelum berkecambah.
Selain yang disebutkan di atas teknik penanaman buncis adalah Untuk tipe buncis merambat, jarak lubang tanam sebaiknya 20 x 50 cm, 40 x 60 cm, 30 x 40 cm. Sedang untuk tipe tegak adalah 20 x 40 cm dan 30 x 60 cm. Waktu tanam yang baik adalah awal musim kemarau atau awal musim penghujan. Tetapi tidak menutup kemungkinan untuk dilakukan sepanjang musim asal pasokan air memadai. Dengan waktu 3-5 hari benih buncis sudah tumbuh. Benih yang tidak tumbuh ganti (disulam) dengan yang baru. Penyulaman sebaiknya dilakukan pada saat umur buncis tidak lebih dari 15 hari setelah tanam. Caranya sama seperti menyulam tanaman kacang panjang. Penyulaman dilakukan apabila yang perlu disulam sekitar 10%-25 %. Namun apabila sudah mencapai 40%-50 % maka tanaman perlu diganti seluruhnya.
2.4.4. Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan meliputi pemupukan, pengairan, pengguludan, pemasangan turus, pemangkasan, serta pengendalian hama dan penyakit.
a.   Pemupukan
Pemupukan dimaksudkan untuk memberikan tambahan unsur hara bagi tanaman, karena hara yang disediakan tanah tidak mencukupi untuk pertumbuhan tanaman. Berkurangnya ketersediaan hara dalam tanah disebabkan adanya proses erosi, pencucian, evaporasi (penguapan), atau diserap oleh tanaman. Pupuk yang diberikan terdiri dari pupuk organik dan pupuk kimia. Pupuk organik berupa pupuk kandang atau kompos dicampur dengan tanah bedengan sebanyak 15 - 20 kg/10 m2. Pupuk anorganik yang diberikan berupa Urea, SP36, dan KCL masing-masing sebanyak 200 kg, 250 kg, dan 120 kg untuk tiap hektar.
b.   Pengairan
Pengairan perlu dilakukan apabila penanaman dilakukan pada musim kemarau, terutama pada umur 1 - 15 hari setelah tanam.
Apabila penanaman dilakukan pada musim hujan, maka yang perlu diperhatikan adalah masalah pembuangan airnya. Kelebihan air dapat disalurkan melalui parit-parit yang telah dibuat diantara bedengan atau guludan.
c.   Pembumbunan
Pembumbunan adalah kegiatan pengolahan lahan secara ringan di sekitar tanaman dan dilanjutkan dengan menaikkan tanah sehingga dapat meninggikan bedengan. Pembumbunan ini bertujuan untuk menahan batang agar tanaman tidak rebah, memperbaiki aerasi dan drainase tanah, mengendalikan gulma, dan menjadikan perakaran tanaman lebih baik.


d.   Pemasangan turus atau lanjaran
Satu minggu setelah penanaman, biji buncis akan berkecambah dan tumbuh menjadi tanaman baru. Biasanya, sekitar dua minggu kemudian tanaman sudah mulai membentuk tunas baru. Pada saat itu tanaman buncis tipe merambat perlu segera diberi turus yang terbuat dari bilah bambu berukuran panjang 2 m dan lebar 4 cmdan ditancapkan di dekat tanaman. Setiap dua batang turus yang berhadapan diikat menjadi satu pada bagian ujungnya, sehingga akan tampak lebih kokoh. Pemasangan turus pada saat tanaman berumur 20 hari, bentuk turus yang biasa digunakan yaitu bentuk segitiga, bentuk pagar maupun bentuk piramid.
e.   Pemangkasan
Pemangkasan dilakukan dengan tujuan untuk memperbanyak cabang-cabang sehingga diperoleh buah yang lebih banyak. Pemangkasan dilakukan pada saat tanaman berumur 2 dan 5 minggu. Selain untuk memperbanyak cabang, pemangkasan juga ditujukan untuk mengurangi kelembaban sehingga dapat mengurangi perkembangan hama dan penyakit.
f.    Pengendalian hama dan penyakit 
1)  Hama Pada Tanaman Buncis:
a.   Kumbang Daun
Kumbang daun (Henosepilachna signatipennis) termasuk ke dalam famili Curculionadae. Bentuk tubuhnya oval, berwarna merah atau cokelat kekuning-kuningan, panjang antara 6 - 7 mm. Betina bertelur pada permukaan daun bagian bawah sebanyak 20 - 50 butir. Telur berwarna kuning, bentuknya oval, dan panjang 0,5 mm. Setelah 4 atau 5 hari larvanya akan keluar dan dapat memakan daun-daun buncis. Pupa berbentuk segi empat dan bergerombol pada daun, tangkai, atau batang.
b.   Penggerek Polong
Gejala berupa kerusakan pada polong yang masih muda, bijinya banyak yang keropos. Penyebab kerusakan adalah ulat Etiella zinckenella yang termasuk ke dalam famili Pyralidae. Selain menyerang buncis, ulat ini juga merusak tanaman kedelai, kacang panjang, orok-orok, dan lain-lain.
c.   Lalat Kacang
Gejala serangan berupa adanya lubang-lubang pada daun dengan arah tertentu, yaitu dari tepi daun menuju tangkai atau tulang daun. Gejala lebih lanjut berupa batang yang membengkok dan pecah, kemudian tanaman menjadi layu, berubah kuning, dan akhirnya mati dalam umur yang masih muda. Serangan disebabkan oleh lalat Agromyza phaseoli yang termasuk ke dalam famili Agromyzidae. Selain buncis, hama ini juga menyerang kacang panjang, kedelai, kacang hijau, dan kacang gude.
d.   Kutu Daun
Gejala serangan akan lebih jelas terlihat pada tanaman yang masih muda. Apabila serangannya hebat, maka pertumbuhannya menjadi kerdil dan batangnya memutar. Daun menjadi keriting dan kadang berwarna kuning. Penyebab serangan adalah Aphis gossypii yang termasuk ke dalam famili Aphididae. Sifatnya dapat memakan segala macam tanaman dan tersebar di seluruh dunia. Kutu berwarna hijau tua sampai hitam atau kuning cokelat. Kutu betina menjadi dewasa setelah 4 - 20 hari, setelah itu dapat menghasilkan kutu muda sebanyak 20 - 140 ekor. Kutu merusak bagian tanaman dengan cara menghisap cairan tanaman. Pengendalian secara alaminya, seperti lembing, lalat, dan jenis dari Coccinellidae. Pengendalian secara kimia dengan penyemprotan insektisida Rampage100 EC dengan konsentrasi 1 - 2 ml/liter air.
2)  Penyakit Pada Tanaman Buncis
a.   Penyakit Antraknosa
Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Colletotrichum lindemuthianum yang termasuk kedalam famili Melanconiaceae. Apabila cendawan ini telah masuk ke dalam biji maka dapat bertahan sampai biji tersebut berkecambah dan langsung aktif membentuk spora hingga akhirnya menginfeksi tanaman buncis dan tanaman lainnya.
Apabila menyerang tangkai atau tulang daun maka daun akan kelihatan layu, demikian pula apabila menyerang bunga, akan rontok sehingga tidak terbentuk polong. Untuk menghindari penyakit ini maka perlu dipilih benih yang benar-benar bebas dari penyakit. Selain itu dapat pula dilakukan perendaman benih dalam fungisida Agrosid 50 SD sebelum ditanam. Penyemprotan dengan fungisidapun dapat dilakukan, yaitu menggunakan CabrioTop 60 WG dengan konsentrasi 1-2 g/liter air.
b.   Penyakit Embun Tepung
Penyebaran penyakit ini dapat terjadi melalui bantuan angin atau percikan air hujan. Gejala penyakit ditandai dengan adanya warna putih keabuan (kelihatan seperti kain beludru) pada bagian daun, batang, bunga, dan buah.Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Erysiphe polygoni yang termasuk ke dalam famili Erysiphaceae. Apabila serangan pada bunga relatif ringan maka polong masih bisa terbentuk. Namun apabila serangannya berat dapat menggagalkan proses pembuahan, bunga menjadi kering dan akhirnya mati. Apabila polong yang diserang tidak gugur, namun akan meninggalkan bekas luka berwarna cokelat suram sehingga menurunkan kualitas. Pengendalian dapat dilakukan dengan memotong bagian tanaman yang terserang kemudian membakarnya. Pengendalian secara kimia dapat dilakukan dengan penyemprotan fungisida Acrobat 50 WP konsentrasi 0,5 - 1 g/liter air.
c.   Penyakit Layu
Penyebaran penyakit dapat melalui aliran air, tanaman yang dipindahkan, atau peralatan yang digunakan sewaktu pengolahan tanah. Gejala serangan ditandai dengan layunya tanaman, menguning, dan kerdil. Apabila batang tanaman yang terserang dipotong melintang sehingga akan terlihat warna cokelat dan apabila dipijit akan keluar cairan berwarna putih. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Pseudomonas solanacearum. Selain menyerang buncis, penyemprotan fungisida dapat dilakukan dengan Agrept 20 WP dengan konsentrasi 0,5 - 1 g/liter air.
d.   Penyakit Bercak Daun
Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Cercospora canescens yang termasuk ke dalam famili Dematiaceae. Sporanya dapat tersebar melalui air hujan, angin, serangga, alat-alat pertanian, dan manusia. Spora yang terdapat pada daun-daun tua yang gugur akan tetap hidup di dalam tanah, sehingga pada penanaman selanjutnya akan terdapat serangan yang sama. Pengendalian secara kimia dilakukan dengan penyemprotan fungisida CabrioTop 60 WG, Polycom 80 WG.
e.   Penyakit Hawar Daun
Hidupnya dapat bertahan beberapa tahun didalam biji, tanah, dan sisa-sisa tanaman yang sakit. Proses masuknya bakteri melalui luka bekas gigitan serangga, saluran hidatoda pada tepi daun, stomata, dan akar tanaman. Gejala ditandai dengan adanya bercak kuning pada bagian tepi daun dan kemudian meluas menuju tulang daun tengah. Daun terlihat layu, kering, dan berwarna cokelat kekuning-kuningan dan suhu optimum 30°C. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Xanthomonas campestris. Bakteri ini dapat berkembang pada suhu lebih dari 20°C. Apabila serangannya hebat, daun berwarna kuning seluruhnya dan akhirnya rontok. Gejala kemudian dapat meluas ke batang, dan lama kelamaan tanaman akan mati. Pengendalian dapat dilakukan dengan merendam benih dalam Sublimat dengan dosis 1 g/liter air selama 30 menit. Selain itu, kebersihan lahan harus diperhatikan dengan melakukan penyiangan secara berkala. Tanaman yang sakit segara dicabut dan dibakar.

2.4.5. Panen
Pada persiapan panen, yang perlu dilakukan adalah memeriksa semua alat yang akan digunakan untuk memproses dan menampung hasil panen, antara lain karung dan lain-lain. Waktu  pelaksaan panen (dalam hari) diupayakan pada pagi hari saat cuaca terang (tidak turun hujan). Penentuan saat panen berpedoman pada deskripsi masing-masing varietas buncis. Hal ini diperlukan untuk pelaksaaan panen.
Pemanenan dapat dilakukan pada saat tanaman berumur 45 hari hingga 80 hari. Polong siap panen menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut :
·      Warna polong masih agak suram.
·      Permukaan kulitnya agak kasar. 
·      Biji dalam polong belum bernas. 
·      Polongnya dapat di patahkan dengan mudah.
Pelaksanaan panennya dapat dilakukan secara bertahap setiap 2 hari sekali. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh polong yang seragam dalam tingkat kemasakannya. Pemetikan dihentikan pada saat tanaman berumur 80 hari atau kira-kira setelah dilakukan 9 kali panen.
2.4.6.    PascaPanen
Kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan kunci untuk mendukung keberhasilan peningkatan produksi dan mutu produk pertanian. Seorang petani bukan saja harus mampu menghasilkan dan menjual produk, tetapi juga harus mendapatkan kembali modal yang ditanamnya, serta memperoleh keuntungan yang layak. Kontribusi pascapanen disini adalah mengurangi kehilangan hasil dan meningkatkan daya saing produk.

JUAL MACAM-MACAM KRIPIK

Jual macam- macam kripik :
1. kripik kentang aneka rasa
2. kripik pisang aneka rasa
3. sistik wortel
4. dll.