" BUDIDAYA TANAMAN KACANG BUNCIS "
2.1. Deskripsi
Tanaman buncis termasuk
famili Leguminoceae dan merupakan
tanaman semusim berbentuk perdu. Tanaman buncis memiliki beberapa sifat botani
penting, di antaranya sebagai berikut :
·
Susunan daunnya merupakan daun majemuk dengan tiga helai
daun berbentuk segitiga pada tiap tangkai daunnya.
·
Tandan bunga duduk di ketiak daun. Bunganya merupakan
bunga sempurna, sehingga bersifat menyerbuk sendiri.
·
Warna dan ukuran polong bervariasi. Umumnya, polong
berwarna hijau dan lurus memanjang.
·
Warna dan bentuk biji juga bervariasi yakni putih,
kuning, merah, nila, coklat, dan hitam.
Tipe tanaman buncis di
bedakan atas dua tipe pertumbuhan, yakni tipe merambat dan tipe tegak.
a.
Tipe Merambat
Buncis tipe ini memiliki sistem pertumbuhan
merambat, sehingga memerlukan tiang untuk merambat. Produksinya berupa polong
yang umumnya di petik pada saat masih muda. Masyarakat umum menyebutnya kacang buncis .
b.
Tipe Tegak
Buncis tipe ini memiliki sitem pertumbuhan
yang tegak, tidak merambat. Tingginya sekitar 30 cm – 40 cm. Dikenal sebagai kacang jogo, dikonsumsi dalam bentuk
biji, bukan polongnya.
Sistem perakaran berbagai jenis buncis tidak besar percabangan lateralnya dangkal. Akar tunggang
yang terlihat jelas biasanya pendek, tetapi pada tanah remah yang dalam, akar
dapat tumbuh hingga sekitar 1 meter. Terdapatjuga
bakteri Rhizobium, bintil berkembang pada akar lateral. Bunga berukuran besar
dan mudah terlihat, berwarna ungu. Bunga ini sempurna, memiliki 10 benang sari,
bunga menyerbuk sendiri.
2.2.
TaksonomiTanaman
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisio : Spermatophyta
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub-kelas : Rosidae
Ordo : Fabales
Familia : Leguminoceae
Genus : Phaseolus
Spesies : Phaseolus vulgaris L
2.3. Syarat
Tumbuh Buncis
2.3.1. Tanah
Tanaman buncis dapat tumbuh dengan baik pada dataran tinggi,
yaitu sekitar 1.000 - 1.500 meter dari permukaan laut (dpl.). Hasil uji coba
yang dilakukan di PPPG Pertanian Cianjur dengan ketinggian tempat berkisar antara 300 m – 500 m dpl., tanaman
buncis dapat tumbuh dengan baik dan berproduksi tinggi sehingga tanaman buncis
dapat juga tumbuh baik di dataran rendah. Akan tetapi, tanaman buncis
memerlukan perawatan khusus walaupun tidak sulit (SW.Suwarman Iwan, et al, 1995). Jenis tanah yang cocok
adalah andosol dan regosol karena mempunyai drainase yang baik. Tanah andosol
mempunyai ciri berwarna hitam, kandungan bahan organiknya tinggi, bertekstur
lempung sampai debu, remah, gembur, dan permeabilitasnya sedang. Tanah regosol
biasanya berwarna kelabu, cokelat, dan kuning, bertekstur pasir sampai berbutir
tunggal dan permeabel. Derajat keasaman (pH) yang dikehendaki untuk pertumbuhan
tanaman buncis adalah 5,5 – 6,0.
2.3.2.
Iklim
a. Curah hujan
Tanaman buncis dapat tumbuh dengan baik pada daerah dengan
curah hujan 1.500 - 2.500 mm/th. Tanaman ini paling baik ditanam pada akhir
musim kemarau (menjelang musim hujan) atau akhir musim hujan (menjelang musim
kemarau). Pada saat peralihan, air hujan tidak begitu banyak sehingga sangat
cocok untuk fase pertumbuhan awal tanaman buncis, fase pengisian, dan pemasakan
polong. Pada fase tersebut dikhawatirkan terjadi serangan penyakit bercak apabila curah
hujan terlalu tinggi (Fachruddin Lisdiana, et
al,2000).
b. Suhu
Suhu udara yang paling baik untuk pertumbuhan buncis adalah 20°C - 25°C. Pada suhu kurang dari 20 °C tanaman tidak dapat melakukan proses fotosintesis dengan baik, akibatnya pertumbuhan tanaman menjadi terhambat dan jumlah polong yang dihasilkan akan sedikit. Sebaliknya, pada suhu udara yang lebih tinggi dari 25 °C banyak polong yang hampa. Hal ini terjadi karena proses pernapasan (respirasi) lebih besar dari pada proses fotosintesis pada suhu tinggi.
Suhu udara yang paling baik untuk pertumbuhan buncis adalah 20°C - 25°C. Pada suhu kurang dari 20 °C tanaman tidak dapat melakukan proses fotosintesis dengan baik, akibatnya pertumbuhan tanaman menjadi terhambat dan jumlah polong yang dihasilkan akan sedikit. Sebaliknya, pada suhu udara yang lebih tinggi dari 25 °C banyak polong yang hampa. Hal ini terjadi karena proses pernapasan (respirasi) lebih besar dari pada proses fotosintesis pada suhu tinggi.
c. Cahaya
Cahaya matahari diperlukan oleh tanaman untuk proses fotosintesis. Umumnya tanaman buncis membutuhkan cahaya matahari yang besar atau sekitar 400 - 800 footcandles. Oleh karena itu, tanaman buncis termasuk tanaman yang tidak membutuhkan naungan.
Cahaya matahari diperlukan oleh tanaman untuk proses fotosintesis. Umumnya tanaman buncis membutuhkan cahaya matahari yang besar atau sekitar 400 - 800 footcandles. Oleh karena itu, tanaman buncis termasuk tanaman yang tidak membutuhkan naungan.
d. Kelembaban
Udara
Kelembaban udara yang diperlukan tanaman buncis sekitar 50% -
60 % (sedang). Kelembaban ini agak sulit diukur, tetapi dapat diperkirakan dari
lebat dan rimbunnya tanaman. Kelembaban yang terlalu tinggi dapat mempengaruhi
terhadap tingginya serangan hama dan penyakit. Beberapa jenis aphis (kutu)
dapat berkembang biak dengan cepat pada kelembaban 70% - 80 %.
2.4. Budidaya
Tanaman Buncis
Budidaya tanaman buncis
meliputi persiapan benih, pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan, dan panen.
2.4.1. Persiapan
Benih
Benih yang digunakan untuk penanaman buncis harus benih yang
baik, yaitu berasal dari tanaman induk yang baik pula. Benih yang baik memenuhi
persyaratan tertentu, antara lain mempunyai daya tumbuh minimal 80 %, bentuknya
utuh, bernas, warna mengkilat, tidak bernoda coklat terutama pada mata bijinya,
bebas dari hama dan penyakit, seragam, tidak tercampur dengan varietas lain,
dan bersih dari kotoran dengan kelembapan relatif 50% - 60%. Kandungan air
benih juga sangat menentukan terhadap daya simpan benih. Kandungan air yang
baik untuk benih sekitar 14 %.
2.4.2. Pengolahan
Lahan
Pengolahan lahan adalah semua pekerjaan yang ditujukan pada
tanah untuk menciptakan media tanam yang ideal, sehingga tanaman dapat tumbuh
dengan baik. Pembersihan rumput-rumputan, penggemburan tanah, dan pembuatan
parit -parit drainase adalah termasuk pengolahan tanah.
Kegiatan pengolahan tanah dilakukan dengan cara membajak atau
mencangkul tanah sedalam 20 cm - 30 cm. Pada tanah-tanah berat
pencangkulan dilakukan sebanyak dua kali dengan jangka waktu 2 - 3 minggu,
sedangkan untuk tanah-tanah ringan pencangkulan cukup dilakukan satu kali saja.
Untuk memudahkan kegiatan pemeliharaan perlu dibuat bedengan-bedengan dengan
ukuran panjang 5 m, lebar 1 m, dan tinggi 20 cm. Jarak antar bedengan 40 - 50
cm. Pada areal
yang tidak begitu luas, misalnya lahan pekarangan, tidak perlu dibuat bedengan
tetapi cukup berupa guludan selebar 20 cm, panjang 5 m, tinggi 10 cm - 15 cm,
dan jarak antar guludan 70 cm.
Dalam
meningkatkan
kesuburan tanah dapat dilakukan pemupukan dengan pemberian pupuk kandang atau
kompos sebanyak 15 - 20 kg/10 m2. Pemberian pupuk kandang dimaksudkan untuk memperbaiki
struktur tanah agar lebih gembur, aerasinya baik, dan drainase optimal. Pupuk
anorganik sebagai pupuk dasar dapat diberikan berupa Urea, TSP, dan KCL
masing-masing sebanyak 200 kg, 600 kg, dan 120 kg untuk tiap hektar atau
masing-masing 2 gram, 6 gram, dan 1,2 gram pertanaman. Cara menempatkan
pupuk kandang maupun pupuk anorganik adalah dengan menaburkan di sepanjang
larikan.
2.4.3. Penanaman
Buncis ditanam dengan pola
pagar atau barisan karena penanamannya dilakukan pada bedengan atau guludan.
Pada pola ini, jarak antar tanaman lebih sempit dibandingkan antar barisan. Padapola ini
akan lebih memudahkan dalam proses pekerjaan selanjutnya, seperti pengairan,
pemupukan, pembumbunan, dan panen. Jarak tanam yang digunakan adalah 20 x 50
cm, baik untuk tanah datar maupun tanah miring. Apabila kesuburan tanahnya
tinggi, maka sebaiknya menggunakan jarak tanam yang lebih sempit, yaitu 20 x 40
cm. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari timbuhnya gulma yang tinggi.
Penentuan jarak tanam ini
harus benar-benar diperhatikan karena berhubungan dengan tersedianya air, hara,
dan cahaya matahari. Setelah jarak tanam ditentukan, maka pekerjaan selanjutnya
adalah membuat lubang tanam dengan cara ditugal. Agar lubang tanam yang dibuat
dapat lurus, sebelumnya dapat diberi tanda dengan ajir, bambu, atau tali.
Tempat yang diberi tanda tersebut kemudian ditugal, dengan kedalaman tugal 4 - 6 cm untuk tanah-tanah yang remah dan
gembur, dan kedalaman 2 - 4 cm untuk jenis tanah liat. Hal ini disebabkan
karena kandungan air pada tanah liat lebih tinggi sehingga dikhawatirkan benih
membusuk sebelum berkecambah.
Selain yang disebutkan di
atas teknik penanaman buncis adalah Untuk
tipe buncis merambat, jarak lubang tanam sebaiknya 20 x 50 cm, 40 x 60 cm, 30 x
40 cm. Sedang untuk tipe tegak adalah 20 x 40 cm dan 30 x 60 cm. Waktu tanam
yang baik adalah awal musim kemarau atau awal musim penghujan. Tetapi tidak
menutup kemungkinan untuk dilakukan sepanjang musim asal pasokan air memadai. Dengan waktu 3-5 hari benih buncis sudah tumbuh.
Benih yang tidak tumbuh ganti (disulam) dengan yang baru. Penyulaman sebaiknya
dilakukan pada saat umur buncis tidak lebih dari 15 hari setelah tanam. Caranya
sama seperti menyulam tanaman kacang panjang. Penyulaman dilakukan apabila yang
perlu disulam sekitar 10%-25 %. Namun
apabila sudah mencapai 40%-50 % maka
tanaman perlu diganti seluruhnya.
2.4.4. Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan meliputi pemupukan, pengairan,
pengguludan, pemasangan turus, pemangkasan, serta pengendalian hama dan
penyakit.
a. Pemupukan
Pemupukan dimaksudkan untuk memberikan tambahan unsur hara
bagi tanaman, karena hara yang disediakan tanah tidak mencukupi untuk
pertumbuhan tanaman. Berkurangnya ketersediaan hara dalam tanah disebabkan
adanya proses erosi, pencucian, evaporasi (penguapan), atau diserap oleh
tanaman. Pupuk yang diberikan terdiri dari pupuk organik dan pupuk kimia. Pupuk
organik berupa pupuk kandang atau kompos dicampur dengan tanah bedengan
sebanyak 15 - 20 kg/10 m2. Pupuk anorganik yang diberikan berupa
Urea, SP36, dan KCL masing-masing sebanyak 200 kg, 250 kg,
dan 120 kg untuk tiap hektar.
b.
Pengairan
Pengairan perlu dilakukan apabila penanaman dilakukan pada musim kemarau, terutama pada umur 1 - 15 hari setelah tanam. Apabila penanaman dilakukan pada musim hujan, maka yang perlu diperhatikan adalah masalah pembuangan airnya. Kelebihan air dapat disalurkan melalui parit-parit yang telah dibuat diantara bedengan atau guludan.
Pengairan perlu dilakukan apabila penanaman dilakukan pada musim kemarau, terutama pada umur 1 - 15 hari setelah tanam. Apabila penanaman dilakukan pada musim hujan, maka yang perlu diperhatikan adalah masalah pembuangan airnya. Kelebihan air dapat disalurkan melalui parit-parit yang telah dibuat diantara bedengan atau guludan.
c.
Pembumbunan
Pembumbunan adalah kegiatan pengolahan lahan
secara ringan di sekitar tanaman dan dilanjutkan dengan menaikkan tanah
sehingga dapat meninggikan bedengan. Pembumbunan ini bertujuan untuk menahan
batang agar tanaman tidak rebah, memperbaiki aerasi dan drainase tanah,
mengendalikan gulma, dan menjadikan perakaran tanaman lebih baik.
d.
Pemasangan turus atau lanjaran
Satu minggu setelah penanaman, biji buncis
akan berkecambah dan tumbuh menjadi tanaman baru. Biasanya, sekitar dua minggu
kemudian tanaman sudah mulai membentuk tunas baru. Pada saat itu tanaman buncis
tipe merambat perlu segera diberi turus yang
terbuat dari bilah bambu
berukuran panjang 2 m
dan lebar 4 cmdan
ditancapkan di dekat tanaman. Setiap dua batang turus yang berhadapan diikat
menjadi satu pada bagian ujungnya, sehingga akan tampak lebih kokoh. Pemasangan
turus pada saat tanaman berumur 20 hari, bentuk turus yang biasa digunakan
yaitu bentuk segitiga, bentuk pagar maupun bentuk piramid.
e.
Pemangkasan
Pemangkasan dilakukan dengan tujuan untuk memperbanyak cabang-cabang sehingga diperoleh buah yang lebih banyak. Pemangkasan dilakukan pada saat tanaman berumur 2 dan 5 minggu. Selain untuk memperbanyak cabang, pemangkasan juga ditujukan untuk mengurangi kelembaban sehingga dapat mengurangi perkembangan hama dan penyakit.
Pemangkasan dilakukan dengan tujuan untuk memperbanyak cabang-cabang sehingga diperoleh buah yang lebih banyak. Pemangkasan dilakukan pada saat tanaman berumur 2 dan 5 minggu. Selain untuk memperbanyak cabang, pemangkasan juga ditujukan untuk mengurangi kelembaban sehingga dapat mengurangi perkembangan hama dan penyakit.
f.
Pengendalian hama dan penyakit
1)
Hama Pada Tanaman Buncis:
a.
Kumbang Daun
Kumbang daun (Henosepilachna
signatipennis) termasuk ke dalam famili Curculionadae.
Bentuk tubuhnya oval, berwarna merah atau cokelat kekuning-kuningan, panjang
antara 6 - 7 mm. Betina bertelur pada permukaan daun bagian bawah sebanyak 20 -
50 butir. Telur berwarna kuning, bentuknya oval, dan panjang 0,5 mm. Setelah 4
atau 5 hari larvanya akan keluar dan dapat memakan daun-daun buncis. Pupa
berbentuk segi empat dan bergerombol pada daun, tangkai, atau batang.
b.
Penggerek Polong
Gejala berupa kerusakan pada polong yang masih muda, bijinya
banyak yang keropos. Penyebab kerusakan adalah ulat Etiella zinckenella yang termasuk ke dalam famili Pyralidae. Selain menyerang buncis, ulat
ini juga merusak tanaman kedelai, kacang panjang, orok-orok, dan lain-lain.
c.
Lalat Kacang
Gejala serangan berupa adanya lubang-lubang pada daun dengan
arah tertentu, yaitu dari tepi daun menuju tangkai atau tulang daun. Gejala
lebih lanjut berupa batang yang membengkok dan pecah, kemudian tanaman menjadi
layu, berubah kuning, dan akhirnya mati dalam umur yang masih muda. Serangan
disebabkan oleh lalat Agromyza phaseoli
yang termasuk ke dalam famili Agromyzidae.
Selain buncis, hama ini juga menyerang kacang panjang, kedelai, kacang hijau,
dan kacang gude.
d.
Kutu Daun
Gejala serangan akan lebih jelas terlihat pada tanaman yang
masih muda. Apabila serangannya hebat, maka pertumbuhannya
menjadi kerdil dan batangnya memutar. Daun menjadi keriting dan kadang berwarna
kuning. Penyebab serangan adalah Aphis
gossypii yang termasuk ke dalam famili Aphididae.
Sifatnya dapat memakan segala macam tanaman dan tersebar di seluruh dunia. Kutu
berwarna hijau tua sampai hitam atau kuning cokelat. Kutu betina menjadi dewasa
setelah 4 - 20 hari, setelah itu dapat menghasilkan kutu muda sebanyak 20 - 140
ekor. Kutu merusak bagian tanaman dengan cara menghisap cairan tanaman.
Pengendalian secara alaminya, seperti lembing, lalat, dan jenis dari Coccinellidae. Pengendalian secara kimia
dengan penyemprotan insektisida Rampage100 EC dengan konsentrasi 1 - 2 ml/liter
air.
2)
Penyakit Pada Tanaman Buncis
a. Penyakit
Antraknosa
Penyakit ini disebabkan oleh
cendawan Colletotrichum lindemuthianum yang
termasuk kedalam famili Melanconiaceae.
Apabila
cendawan ini telah masuk ke dalam biji maka dapat bertahan sampai biji tersebut
berkecambah dan langsung aktif membentuk spora hingga akhirnya menginfeksi
tanaman buncis dan tanaman lainnya.
Apabila
menyerang tangkai atau tulang daun maka daun akan kelihatan layu, demikian
pula apabila menyerang bunga, akan rontok
sehingga tidak terbentuk polong. Untuk menghindari penyakit ini maka perlu dipilih
benih yang benar-benar bebas dari penyakit. Selain itu dapat pula dilakukan
perendaman benih dalam fungisida Agrosid 50 SD sebelum ditanam. Penyemprotan
dengan fungisidapun dapat dilakukan, yaitu menggunakan CabrioTop 60 WG dengan
konsentrasi 1-2 g/liter air.
b. Penyakit
Embun Tepung
Penyebaran penyakit ini
dapat terjadi melalui bantuan angin atau percikan air hujan. Gejala penyakit
ditandai dengan adanya warna putih keabuan (kelihatan seperti kain beludru)
pada bagian daun, batang, bunga, dan buah.Penyakit ini disebabkan oleh cendawan
Erysiphe polygoni yang termasuk ke
dalam famili Erysiphaceae. Apabila
serangan pada bunga relatif ringan maka polong masih bisa terbentuk. Namun
apabila serangannya berat dapat menggagalkan proses pembuahan, bunga menjadi
kering dan akhirnya mati. Apabila polong yang diserang tidak gugur,
namun akan meninggalkan bekas luka berwarna cokelat suram sehingga menurunkan
kualitas. Pengendalian dapat dilakukan dengan memotong bagian tanaman yang
terserang kemudian membakarnya. Pengendalian secara kimia dapat dilakukan
dengan penyemprotan fungisida Acrobat 50 WP konsentrasi 0,5 - 1 g/liter air.
c. Penyakit
Layu
Penyebaran penyakit dapat
melalui aliran air, tanaman yang dipindahkan, atau peralatan yang digunakan
sewaktu pengolahan tanah. Gejala serangan ditandai dengan layunya tanaman,
menguning, dan kerdil. Apabila batang tanaman yang terserang
dipotong melintang sehingga akan terlihat warna cokelat
dan apabila
dipijit akan keluar cairan berwarna putih. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri
Pseudomonas solanacearum. Selain
menyerang buncis, penyemprotan fungisida dapat dilakukan dengan Agrept 20 WP
dengan konsentrasi 0,5 - 1 g/liter air.
d. Penyakit
Bercak Daun
Penyakit ini disebabkan oleh
cendawan Cercospora canescens yang
termasuk ke dalam famili Dematiaceae.
Sporanya dapat tersebar melalui air hujan, angin, serangga, alat-alat
pertanian, dan manusia. Spora yang terdapat pada daun-daun tua yang gugur akan
tetap hidup di dalam tanah, sehingga pada penanaman selanjutnya akan terdapat serangan
yang sama. Pengendalian secara kimia dilakukan dengan penyemprotan fungisida
CabrioTop 60 WG, Polycom 80 WG.
e. Penyakit
Hawar Daun
Hidupnya dapat bertahan
beberapa tahun didalam biji, tanah, dan sisa-sisa tanaman yang sakit. Proses
masuknya bakteri melalui luka bekas gigitan serangga, saluran hidatoda pada
tepi daun, stomata, dan akar tanaman. Gejala ditandai dengan adanya bercak
kuning pada bagian tepi daun dan kemudian meluas menuju tulang daun tengah.
Daun terlihat layu, kering, dan berwarna cokelat kekuning-kuningan dan suhu
optimum 30°C. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Xanthomonas campestris. Bakteri ini dapat berkembang pada suhu
lebih dari 20°C. Apabila serangannya hebat, daun
berwarna kuning seluruhnya dan akhirnya rontok. Gejala kemudian dapat meluas ke
batang, dan lama kelamaan tanaman akan mati. Pengendalian dapat dilakukan
dengan merendam benih dalam Sublimat dengan dosis 1 g/liter air selama 30
menit. Selain itu, kebersihan lahan harus diperhatikan dengan melakukan
penyiangan secara berkala. Tanaman yang sakit segara dicabut dan dibakar.
2.4.5.
Panen
Pada persiapan panen, yang perlu dilakukan
adalah memeriksa semua alat yang akan digunakan untuk memproses dan menampung
hasil panen, antara lain karung dan lain-lain. Waktu pelaksaan panen (dalam hari) diupayakan pada
pagi hari saat cuaca terang (tidak turun hujan). Penentuan saat panen
berpedoman pada deskripsi masing-masing varietas buncis. Hal ini diperlukan
untuk pelaksaaan panen.
Pemanenan dapat dilakukan pada saat tanaman berumur 45 hari
hingga 80 hari. Polong siap panen menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut :
·
Warna polong masih agak suram.
·
Permukaan kulitnya agak kasar.
·
Biji dalam polong belum bernas.
·
Polongnya dapat di patahkan dengan mudah.
Pelaksanaan panennya dapat
dilakukan secara bertahap setiap 2 hari sekali. Hal ini dimaksudkan agar
diperoleh polong yang seragam dalam tingkat kemasakannya. Pemetikan dihentikan
pada saat tanaman berumur 80 hari atau kira-kira setelah dilakukan 9 kali panen.
2.4.6.
PascaPanen
Kegiatan ini merupakan salah
satu kegiatan kunci untuk mendukung keberhasilan peningkatan produksi dan mutu
produk pertanian. Seorang petani bukan saja harus mampu menghasilkan dan
menjual produk, tetapi juga harus mendapatkan kembali modal yang ditanamnya,
serta memperoleh keuntungan yang layak. Kontribusi pascapanen disini adalah
mengurangi kehilangan hasil dan meningkatkan daya saing produk.